Kualitas air sangat penting dalam Budidaya udang

Budidaya Udang = Budidaya Air

Kualitas air sangat penting dalam Budidaya udang 

Budidaya Udang = Budidaya Air?

Kualitas air seolah menjadi primadona dalam sebuah tambak udang. Bagaimana tidak, hampir setiap upaya yang dilakukan dalam budidaya adalah untuk menjaga kualitas air. Hal ini tidak berlebihan, karena kualitas air yang baik membuat udang nyaman untuk hidup, makan, dan tumbuh sehat.

Beberapa hal mengancam mempengaruhi kualitas air tambak udang, diantaranya blooming plankton, pH sumber air yang tinggi, turunnya konsentrasi DO, serta menumpuknya bahan organik di dasar kolam. Kondisi ini apabila dibiarkan akan berdampak pada kesehatan udang yang ada di kolam. Kondisi tersebut juga memberi kesempatan patogen berkembang dan menyerang udang terutama udang yang sedang moulting.

Menjaga kualitas air, menjaga carrying capacity

Kualitas air bisa dihubungkan dengan carrying capacity yang menggambarkan kemampuan sebuah ekosistem menahan beban dinamika di dalamnya. Kapasitas tampung atau carrying capacity apabila berlebih dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Carrying capacity yang berlebih berdampak pada menumpuknya materi organik dan menyebabkan udang tidak tumbuh maksimal. Pada jumlah tebaran yang padat (di atas 100 ekor/m2) diperlukan alat penunjang lainnya seperti kincir air sebagai salah satu alat bantu untuk menjaga carrying capacity. 

Plankton sebagai parameter kualitas air

Pemberian pakan pada tambak udang dapat memicu penumpukan materi organik dan pertumbuhan plankton seperti green algae, sehingga air cenderung berwarna hijau. Pada tambak dengan DOC 40 hari, dominasi plankton dapat berubah-ubah dan berpengaruh pada warna air berupa coklat atau hijau. Siklus hidup plankton berkisar 3-7 hari sehingga perubahan warna juga bisa tergantung dengan siklus hidup dari plankton. Warna air yang semakin pekat, misalnya air yang berwarna hijau menjadi hijau pekat sebaiknya dilakukan siphon.

Probiotik dan tandon sebagai solusi menjaga kualitas air

Pemberian probiotik pada tambak harus diperhatikan terlebih dahulu komposisi produk tersebut, karena tidak semua produk cocok untuk semua tambak. Penambahan bakteri untuk menguraikan nitrit bisa menggunakan probiotik yang mengandung bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter. Untuk menekan populasi bakteri vibrio bisa ditambahkan dengan probiotik yang mengandung bakteri Lactobacillus dan Bacillus. Sementara untuk meminimalisir blue green algae dapat dilakukan dengan sirkulasi air pada malam hari, atau menggunakan kaptan pada pagi hari agar lapisan di atas air mudah ditembus sinar matahari dan menekan BGA. 

Salah satu cara pengelolaan air agar tetap terjaga yaitu dengan disediakannya tandon. Persiapan budidaya udang dengan mengunakan air tandon dapat mengantisipasi terjadinya penyakit, sehingga hal tersebut bisa dijadikan langkah untuk memperbaiki lingkungan. Peranan tandon cukup penting untuk suplai air dan sterilisasi air. Pentingnya tandon mempertimbangkan kondisi lingkungan dengan kualitas sumber air yang semakin menurun, sebaiknya limbah tidak langsung dibuang ke laut, tetapi lebih baik diendapkan terlebih dahulu sehingga tidak mencemari lingkungan, disisi lain lingkungan juga membutuhkan waktu yang lama untuk perbaikan.

Cek anco untuk evaluasi kualitas air dan pengaruhnya pada udang

Kondisi kualitas air secara langsung dan tidak langsung berpengaruh pada udang. Pengecekan anco dilakukan untuk mengetahui kondisi udang. Umumnya, cek anco dilakukan untuk mengecek pakan dan nafsu makan udang. Nafsu makan udang dipengaruhi oleh kesehatan udang dan saat moulting. Udang moulting saat bulan baru dan purnama, ketika udang nafsu makan turun bisa terjadi 3 hari sebelum dan sesudah moulting. Pakan bisa dikurangi 10-50%, atau pemberian pakan sesuai dengan nafsu makan udang.

Pada pengecekan anco disarankan juga melakukan pengecekan terhadap usus udang. Usus udang berwarna coklat menandakan ada pakan yang dikonsumsi, jika berwarna merah berarti kanibal, dan berwarna hitam berarti udang memakan lumpur, namun jika usus putih menjadi indikasi terjadinya WFD. 

Jenis penyakit yang sering muncul diawal tahun ini salah satunya EHP (Enterocytozon Hepatopenaei) dengan ciri-ciri ukuran udang yang tidak seragam dalam satu kolam yang sama, melambatnya pertumbuhan udang, imunitas pada udang rendah, nafsu makan udang menurun dan menurunnya keaktifan udang. Penyakit lainnya yang sering muncul yaitu IMNV/Myo (Infectious Myonecrosis Virus) dengan ciri-ciri udang terlihat pucat dan muncul warna merah pada bagian ruas bawah sampai ekor udang. 

BACA JUGA

Cara-memelihara-indukan-ikan-nila

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kincir 1HP ACT

KINCIR TAMBAK ACT